Menulis Draft Artikel Untuk Blog: Post Editor atau Word Processor?

Jika anda pengguna blog dengan platform WordPress, sekali atau dua kali, anda pasti pernah mengalami hal seperti ini. Ide anda pada saat itu sedang penuh-penuhnya untuk membuat sebuah artikel untuk diterbitkan ke dalam blog. Mumpung sedang online, anda langsung saja login ke dashboard WordPress dan mengklik “Write Post”. Di sana anda langsung mengetikkan berparagraf-paragraf pemikiran […]

Blog

Jika anda pengguna blog dengan platform WordPress, sekali atau dua kali, anda pasti pernah mengalami hal seperti ini. Ide anda pada saat itu sedang penuh-penuhnya untuk membuat sebuah artikel untuk diterbitkan ke dalam blog. Mumpung sedang online, anda langsung saja login ke dashboard WordPress dan mengklik “Write Post”. Di sana anda langsung mengetikkan berparagraf-paragraf pemikiran anda yang mengalir begitu deras hingga anda yakin bahwa artikel yang sedang anda tuliskan tersebut akan meraih penghargaan Pulitzer.

Setelah anda puas dengan seluruh hasil ketikan dan beberapa editan di sana sini, maka anda merasa sudah cukup untuk menekan tombol « Publish ». Namun, tak disangka dan tak dinyana, koneksi internet anda terputus sejak duapuluh menit yang lalu (sebab masih menggunakan koneksi GPRS) dan anda tidak menyadarinya karena begitu asyiknya mengetik kalimat demi kalimat. Alhasil, bukannya artikel anda yang terpublikasikan, malah halaman pesan « Problem loading page – Server not found » yang anda temukan. Dengan harap-harap cemas, anda mengklik tombol « Back » dan berharap bahwa artikel yang telah anda ketik tadi masih ada pada kotak post editor.

Namun, kenyataan berkata lain. Post editor anda saat itu sudah putih bersih tanpa ada titik koma satupun yang tertinggal. Dan harapan anda untuk meraih penghargaan Pulitzer pun pupus…

Apa yang terjadi? Ternyata WordPress tidak mengembalikan ketikan yang telah anda buat sebelumnya. WordPress memang secara berkala akan menyimpan secara otomatis ketikan yang sedang anda buat, dan anda bisa mengakses hasil penyimpanan terakhir dari artikel tersebut pada menu « Draft » yang ada pada Dashboard. Namun, semenjak koneksi anda terputus selama duapuluh menit, maka yang tersisa hanyalah dua paragraf awal yang sama sekali belum menyentuh inti dari pembicaraan anda pada artikel yang sesungguhnya.

Hal ini juga berlaku bagi pengguna situs berbasis CMS Joomla! Secara default Joomla! akan membuat status user menjadi logged out manakala dalam rentang waktu tertentu (biasanya 900 detik) user tidak melakukan aktivitas apapun pada dashboard administrator. Aktivitas di sini berarti melakukan klik pada ikon-ikon yang ada dan bukan mengetik pada post editor. Seringkali terjadi seorang author mengetik artikel untuk pada post editor Joomla! selama 20 menit, dan ketika selesai lalu mengklik tombol “Save” maka yang didapatkannya adalah status logged out. Artikel yang telah diketiknya pun lenyap tak bersisa.

Perihal kehilangan artikel ini terjadi beberapa kali pada saya sewaktu masih memiliki akun blog di WordPress.Com. Sehingga dari kejadian tersebut saya belajar untuk tidak mengetik draft tulisan saya langsung di post editor WordPress. Saya lebih memilih untuk mengetik dan mengedit artikel pada word processor seperti Microsoft Word, hingga akhirnya saya merasa cukup untuk memublikasikannya ke dalam blog.

Dengan cara ini saya meminimalisir kemungkinan saya untuk kehilangan draft artikel berharga yang mungkin hanya bisa saya buat satu kali. Hal lain yang saya dapatkan adalah Microsoft Word memberikan saya bantuan yang sangat berguna ketika harus membuat artikel dalam bahasa Inggris. Dengan adanya fitur Spell Checker, maka setiap kesalahan penulisan kata maupun grammar sebuah kalimat akan segera diketahui. Sehingga kemungkinan kita untuk menuliskan kata yang salah dalam bahasa Inggris dapat direduksi.

Namun, tak berarti bahwa mengetik pada word processor akan menjamin bahwa posting kita bebas dari segala masalah. Seringkali kita menyalin artikel dari word processor dan langsung menaruhnya pada mode « Compose » dan bukan « HTML ». Hal ini mengakibatkan formatting dari word processor terikut ke dalam post editor dan mengubah tampilan default sebuah artikel yang diatur pada blog WordPress. Misalkan, blog kita menggunakan font Arial 12 pt untuk isi artikel. Ketika artikel yang kita tulis dalam word processor menggunakan font Georgia, maka otomatis tampilan artikel akan berubah menjadi Georgia pada saat dipublikasikan. Tentu ini akan merusak estetika blog kita karena menggunakan font yang berbeda-beda pada setiap artikelnya.

Kasus lain dapat ditemukan ketika kita hendak menyisipkan hyperlink pada sebuah anchor text di dalam sebuah artikel. Tag untuk hyperlink langsung kita ketikkan pada word processor dan ketika seluruh artikel kita salin ke dalam post editor, maka hyperlink pada anchor text tersebut tidak berfungsi sama sekali. Hal ini dikarenakan bentuk tanda petik (yang biasa digunakan dalam tag HTML) pada word processor berbeda dengan tanda petik yang digunakan dalam post editor HTML.

Menyiasati hal tersebut dapat dilakukan dengan menyalin artikel terlebih dahulu ke dalam aplikasi Notepad, dan mengganti secara manual tanda-tanda petik yang kita gunakan pada setiap tag HTML.

Namun hal yang lebih sering saya lakukan adalah mengetik artikel pada word processor tanpa memformatnya sedikit pun, kemudian meng-copy dan paste seluruh artikel tersebut ke dalam mode HTML pada kotak post editor WordPress. Selanjutnya saya akan memformat artikel tersebut seperti tebal, miring, coret tengah, hyperlink, ataupun mengatur rata kiri dan kanan keseluruhan artikel. Hal terakhir yang saya lakukan adalah menyisipkan tag excerpt pada bagian tertentu sehingga artikel tersebut pada halaman depan (homepage) akan tampil sebagian dengan link « Read More ».

Dengan cara seperti ini, saya dapat memaksimalkan waktu saya untuk mengetik dan mengedit artikel untuk dipublikasikan ke dalam blog. Plus mengurangi potensi kehilangan artikel yang tidak tersimpan manakala menulis pada post editor.