Bisul Bill

Sudah empat hari ini Bill meracau dalam tidur. Seringkali ia bermimpi buruk lalu terbangun di tengah malam. Kadangkala ia dikejar sepasukan Jepang pimpinan Komandan Matsugawa, kali lain ratusan ular yang mengerubungi tubuhnya. Ketika terbangun dan terbebas dari mimpi tak mengenakkan tersebut, ia harus menanggung derita yang lain: bisul. Pada pantat kirinya, tumbuh sebuah bisul sebesar […]

Ide

Pirates evil at your darkest dream

Sudah empat hari ini Bill meracau dalam tidur. Seringkali ia bermimpi buruk lalu terbangun di tengah malam. Kadangkala ia dikejar sepasukan Jepang pimpinan Komandan Matsugawa, kali lain ratusan ular yang mengerubungi tubuhnya. Ketika terbangun dan terbebas dari mimpi tak mengenakkan tersebut, ia harus menanggung derita yang lain: bisul.

Pada pantat kirinya, tumbuh sebuah bisul sebesar peluru pistol plastik semenjak empat hari yang lalu. Bisul itu meradang dan sangat mengganggu aktivitasnya. Tak nyaman duduk, berdiri terus juga tak kuat, semua serba salah. Dan bisul itu pun terus berdenyut, nyut, nyut sehingga Bill merasa bahwa otaknya tak lagi di kepala namun di pantat. Sebab, yang ia rasakan dan ia pikirkan adalah pantatnya yang sakit dan membawanya kepada serangan demam ringan dan mimpi buruk malam hari.

Sudah beberapa kawan ia tanyakan perihal bisulnya. Beberapa menertawakan, yang lain memberikan solusi. Kawannya yang Dokter memberi saran agar mengolsei dengan salep serta mengonsumsi amoksilin dan ponstan. Si Tog yang baru saja lulus Akuntansi (tak ada hubungannya) menyarankan untuk menggunakan kapur sirih untuk mengompres si bisul sehingga cepat matang dan pecah.

Semua saran itu ia terima dan lakukan dengan sepenuh hati demi terbebasnya dari derita si bisul. Memang tak serta merta bisul tersebut pecah saat dikompres dengan kapur sirih. Ia pun masih harus melalui satu malam dengan mimpi buruk. Kali ini dengan mantan pacarnya yang terus merengek dibelikan baju baru setiap minggunya.

Semua memang butuh kesabaran dan penantian. Esok paginya, bisul itu pun pecah.