Mudik Idul Fitri 1429 H

Lebaran. Siklus satu tahunan yang membuat setiap muslim Indonesia selalu rindu akan tanah kelahirannya. Dalam beberapa hari terakhir, jumlah penduduk di kota Jogja ini seakan menyusut. Jalan-jalan utama yang terentang di kota yang biasanya dipadati pengendara motor dan mobil kini menyisakan sedikit kelengangan terutama pada jam-jam malam. Berbeda dengan hari-hari ketika bulan Ramadan masih terhitung […]

Catatan Harian
ketupat lebaran
ketupat lebaran

Lebaran. Siklus satu tahunan yang membuat setiap muslim Indonesia selalu rindu akan tanah kelahirannya. Dalam beberapa hari terakhir, jumlah penduduk di kota Jogja ini seakan menyusut. Jalan-jalan utama yang terentang di kota yang biasanya dipadati pengendara motor dan mobil kini menyisakan sedikit kelengangan terutama pada jam-jam malam. Berbeda dengan hari-hari ketika bulan Ramadan masih terhitung belasan. Dari sebelas kamar yang ada di rumah kosku, tinggal aku, Ardi, dan Gepeng yang aktif menghuni. Sisanya hanya pintu-pintu terkunci.

Seharusnya aku juga sudah ikut mudik pada hari-hari terakhir Ramadan ini. Namun, karena alasan harga tiket pesawat yang terlampau tinggi, maka nasib menentukanku pulang pada hari pertama Idul Fitri. Aku mendapatkan tiket Mandala Air Jogja – Balikpapan dengan rate 630 ribu di saat lainnya berkisar di atas satu juta lebih. Ada selisih 400 ribu di sana yang sangat lumayan untuk diinvestasikan untuk tiket perjalanan kembali ke Jogja.

Keberuntungan menghampiriku untuk kali yang kedua. Untuk tiket kembali ke Jogja, aku mendapatkan tiket harga promo dari Batavia dengan rate yang sama untuk tanggal 7 Oktober.

Lebaran kali ini, rupanya aku tak terlalu membawa banyak oleh-oleh. Sebab, dua kali dalam setahun ini, Mama berkunjung ke Jogja dan memborong begitu banyak belanjaan ke Balikpapan.

Akhir kata, Lebaran telah tiba. Mari kita sambut dalam damai dan sukacita. Minal Aidin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.