Mengapa Kita Harus Peduli?

ayam goreng padahal kalkun

Hidup memang hak setiap orang, tetapi tidak serta merta setiap orang harus menanggung beban dan masalahnya sendiri. Adakalanya kita harus peduli dengan masalah orang lain, walaupun masalah tersebut tak berhubungan langsung dengan diri kita. Berikut adalah ilustrasi menarik dari mas Kopdang yang saya kopas dari sebuah komentarnya di blog Paman Tyo. Semoga bisa menjadi renungan.

Pada suatu hari, petani akan memanen sawahnya yang menguning. Suatu ketika, ia melihat ada seekor tikus berlarian. Maka dipasanglah perangkap tikus. Tikus tahu, ia melapor dan mengadu pada Ayam. “Yam, tolongin ane’ duonkk..ada perangkap Tikus tuh..” Ayam bilang: « Lha itu urusan situh..ane sih kagak ngaruh Cuy.. »

Tikus kecewa, ia mengadu pada Sapi. Jawaban sapi hampir mirip jawaban Ayam: « Moooh..itu kan perangkap kecil yang muat cuman buwat ente…ane mah gak ada urusan..! ». Tikus pulang dengan super kecewa.

Esok harinya anak Pak tani bermain di sawah. Sial baginya, perangkap tikus Bapaknya menjepit jempolnya. Pak Tani orang modern. Dibawalah anaknya ke puskesmas. Pak Dokter bilang: “Darahnya banyak yang keluar, cobalah banyak makan bergizi, misalnya hati ayam..” Sorenya, sang ayam disembelih.

Ternyata luka si anak makin menggila. Tetanus rupanya. Si anak demam dan akhirnya meninggal dunia. Walau modern, Pak tani tetap mengadakan tahlilan. Karena orang baik, tamunya banyak. Maka sebelum acara dimulai, sang Sapi dipotong demi sajian Tahlil.

Pak tani menyesal. Esoknya jebakan tikus ia singkirkan. Tikus hidup damai sentosa.

4 réponses à “Mengapa Kita Harus Peduli?”

  1. wah ilustrasinya benar2 menarik hihihi, mang bener banget yg namanya hidup itu harusnya tolong menolong… namanya juga hidup bertetangga… ya toh

    1. Betul, mbak.. Pertolongan dan perbuatan baik pasti akan kembali pada orang yang melakukannya. Terkadang balasan itu tidak datang dalam bentuk yang sama.

  2. hahahaha….
    Itu sejatinya juga buka orisiniol cerita saya. Saya lupa siapa yang cerita, tapi sangat mengena bagi ane’.

    😛

    1. Gak apa mas Kopdang. Cerita seperti itu memang sering anonim asalnya. Saya membacanya juga kena banget. Makanya saya posting ulang, plus dengan Link Love.. Hehee.. 😀

Laisser un commentaire

Votre adresse e-mail ne sera pas publiée. Les champs obligatoires sont indiqués avec *