Halo, selamat berjumpa kembali. Maaf selama beberapa hari ini, saya tidak hadir menjumpai kawan-kawan semua. Hal ini dikarenakan saya sedang bersama pak Mugabe, Presiden Zimbabwe, dalam rangka rencana kerja penggalakan pangan tempe di negaranya. Seperti diketahui bersama bahwa tingkat produksi kedelai di Zimbabwe akhir-akhir ini menurun drastis. Ini bisa dilihat dari luasan lahan pertanian kedelai yang semula seluas 220 ribu hektar pada tahun 2000, menurun menjadi tinggal 120 ribu hektar saja pada penghujung tahun 2008 kemarin.
Itu soal tempe, berikut ini soal bulu mata yang konon sering dipermasalahkan oleh kaum perempuan. Kadang mereka beranggapan bahwa bulu matanya kurang lentik dan panjang, sehingga rela untuk memasang bulu mata palsu sebagai kompensasi. Kabar gembira, dalam dua bulan ke depan, sudah tersedia Latisse, obat pemanjang bulu mata. Berita baiknya, obat yang diproduksi oleh perusahaan Allergan ini sudah diverifikasi oleh Food and Drug Administration US, sehingga aman untuk dikonsumsi umum. Semoga produk ini tidak mengandung lemak babi, sehingga ketika tiba di Indonesia MUI juga bisa memberikan label halal.
Latisse mengandung bahan aktif bimatoprost yang biasa digunakan untuk obat tetes mata bagi penderita glaukoma. Efek samping yang baik dari bahan aktif bimatoprast ini jika diberikan dalam dosis rendah adalah dapat memanjangkan bulu mata. Proses pemanjangan bulu mata dapat dilihat setelah dua hingga empat bulan pemakaian. Latisse dijual seharga $120 untuk satu bulan pemakaian.
Hmm.. kecantikan memang mahal, kawan.