Hari Libur: Tutup atau Tetap Buka?

Semalam saya dibangunkan oleh kawan saya yang hendak berangkat ke Jakarta. Dia sedang mencari solusi bagaimana caranya untuk mendapatkan print hasil desainnya karena printer miliknya sedang mengalami masalah. Hari ini memang hari libur nasional perayaan Waisak, jadi bisa dipastikan bahwa layanan cetak-mencetak di seluruh Jogja tutup. Sedangkan hardcopy dari desain tersebut harus dibawa saat itu […]

Ide

Semalam saya dibangunkan oleh kawan saya yang hendak berangkat ke Jakarta. Dia sedang mencari solusi bagaimana caranya untuk mendapatkan print hasil desainnya karena printer miliknya sedang mengalami masalah. Hari ini memang hari libur nasional perayaan Waisak, jadi bisa dipastikan bahwa layanan cetak-mencetak di seluruh Jogja tutup. Sedangkan hardcopy dari desain tersebut harus dibawa saat itu juga untuk meeting esok hari di Jakarta pukul 10 pagi. Sebagai catatan, mereka menggunakan mobil, sehingga bisa dihitung lama perjalanan akan memakan waktu sekitar 10 hingga 12 jam.

Solusi pertama yang ada di benak saya adalah menggunakan printer yang ada di kantor. Untuk jumlah print 15 lembar saya kira tinta yang ada masih cukup. Maka bergegaslah kami menuju kantor saya di Condongcatur. Printer memang oke, tinta memang banyak, namun hasil tak memadai. Hasil print menjadi lebih gelap daripada seharusnya. memang setiap printer memiliki karakteristik tinta sendiri-senndiri, sehingga untuk urusan keseragaman warna memang tidak bisa dijadikan jaminan.

Sambil mengutak-atik levels dan curves agar hasil print lebih cerah dari yang sebelumnya, kawan saya pun bercerita bagaimana susahnya dia jika harus berurusan dengan cetak-mencetak.

« Aku sudah kontak Ortindo, Spektrum, Uvindo, dll semuanya libur »

Mendengar serangkaian nama layanan vetak tersebut, saya langsung teringat sebuah nama yang belum dia sebutkan: GKM. Satu malam sebelumnya, saya bertanya tentang harga stiker one way vision dan bertanya apakah hari libur Waisak juga ikut tutup. Kata mereka, »Tidak tutup, Mas. Hanya saja buka sampai jam 11 malam ». Jika hari biasa, mereka memang tidak pernah tutup alias buka 24 jam.

Jam dinding menunjukkan waktu 10.10 malam, dan kami pun langsung bergegas menuju GKM. Dalam 30 menit hasil print dapat selesai dengan sempurna. Saya terkagum dengan konsep usaha GKM yang masih berkeras untuk membuka layanannya di waktu libur nasional pun. Secara nalar, tanggal berwarna merah pada kalender adalah waktu setiap orang untuk beristirahat dan sejenak lepas dari rutinitas. Apalagi jika merah tersebut adalah hari libur nasional yang berkaitan dengan perayaan hari besar tertentu. Sudah sepantasnya bahwa setiap perusahaan memberikan hak karyawannya untuk berlibur.

Lain halnya dengan GKM. Mereka menangkap peluang pada tanggal merah ketika banyak layanan jasa print digital yang lain turut meliburkan diri bersama pemerintah. Dengan semakin berkembangnya kota Jogja, maka kebutuhan untuk cetak mencetak instan tidak hanya muncul pada saat hari kerja saja. Hari liburpun pasti ada kesempatan setiap orang untuk membuat entah sekedar kartunama, ataupun poster ulangtahun untuk si kecil.

Tanggal merah memang dibuat dan disepakati bersama sebagai hari rehat nasional. Pekerjaan dan tugas boleh saja diabaikan pada hari tersebut. Namun, yang namanya kebutuhan, tak mengenal liburan. Kebutuhan seseorang berarti kesempatan dan peluang bagi orang lain untuk meraih keuntungan. Yang tertinggal kemudian adalah keputusan untuk mengambil atau tidak peluang tersebut.